Selasa, 02 Oktober 2018

Indonesia punya Ki Hajar Dewantara

   Seperti yang sudah kita ketahui, Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan dari indonesia. Nama asli Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia mengganti namanya agar ia bisa bebas dekat dengan rakyatnya tanpa ada batasan karna statusnya sebagai seorang bangsawan. Jadi bangsa itu ada 2 tipe. Bangsa yang gampang lupa dan bangsa yang lupa. Bangsa yang lupa yaitu bangsa yang sudah terpengaruh dengan budaya kebarat-baratan. Sebagai contoh di Indonesia, banyak orang-orang yang mempelajari teori dari tokoh-tokoh dari luar negri seperti Piaget, Aritoteles, Gagne dsb hanya untuk gaya-gaya-an, padahal ada tokoh lokal yang begitu mendunia. Tokoh lokal yang berfikir secara global.
   Filandia adalah negara pendidikan nomor 1 di dunia. Kenapa bisa begitu? Coba bandingkan dengan di Indonesia. Apakah seorang profesor mau mengajar di TK? Tidak. Banyak profesor yang mengajar diperguruan tinggi. Karena apa? Ada sebuah fikiran "halah laki-laki masak jadi guru TK, guru TK ya perempuan saja". Berbeda di Filandia, di Filandia seorang profesor mau terjun di TK menjadi guru TK dan sebagai kepala sekolah TK. Profesor di Filandia berfikir dengan menggunakan filsafat Ki Hajar Dewantara, kenapa demikian? Karena Ki Hajar Dewantara pernah menjadi guru di Filandia. 
   Di indonesia, jaman pemerintahan SBY dan Jokowo sangat membanggakan. Kenapa bisa? Karena belum tentu Donald Trump dan Obama bisa memimpin Indonesia. Bisa-bisa nanti di kroyok sama persija. Di indonesia banyak sekali makanan. Bagi orang yang awam mungkin akan kebingungan ketika di Indonesia. Bambu saja bisa jadi makanan, atau yang lebih kita kenal dengan rebung. Gadung yang beracun bisa diolah makanan. Kemudian ganja, yang selama ini diketahui sebagai narkoba nyatanya dapat diolah untuk dikonsumsi. Hal-hal tersebut dapat dilakukan karena orang-orang indonesia begifu kreatif dan pandai. Jadi masyarakat lebih tau apa yang ia tanam dan apa yang ia olah daripada kita yang secara akademik paham secara teori. Kita harus belajar dari masyarakat. Belajar dari Qur'an dan belajar Qur'an memiliki makna yang berbeda. Sebagai contoh kasus Ahok, keributan terjadi akibat semua ingin menjadi ahli. Titik balik dari fenomena-fenomena itu adalah ahli tetap dari lokal. Dari luar hanya sebuah gengsi. Seperti gaya hidup makan pizza padahal dihatinya tetap bakwan yang enak. Kemudian makanan-makanan daerah dari berbagai daerah di indonesia yang memiliki nama kurang sedap didengar, misalnya "hawhuk-hawhuk". Orang Indonesia itu unik, karena sesuatu yang di anggap jijik tapi tak di anggap jijik di Indonesia. Memandang sesuatu yang kau anggap tidak layak (saru) apabila pikiran tersebut di naikan dengan akal maka teruskan. Berbeda apabila pikiran tersebut diturunkan dengan menggunakan syahwat, jangan diteruskan. Seperti nabi Nuh yang sebelumnya bernama Abdul Ghofar menurut cerita pak Aniq, nabi Nuh bertemu dengan seekora anjing yang kurus, kakinya pincang, matanya 3. Kemudian Ia menghina anjing tersebut dan anjing pun menjawab "kau menghina aku sama saja kau menghina yang menciptakan aku" kemudian nabi Nuh menangis.
   Negara kita ini merupakan peradaban paling tua, jadi kita harus bangga ada orang dari negar kita seperti Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan nasional. Pendidikan nasional itu dirasa kemerdekaan. Kemerdekaan yang dimaksud yaitu memahami keterbatasan atau memahami batas-batas. Analogi kemerdekaan seperti pemain bola. Pemain bola bebas memainkan bola, ia bebas menendang, menyundul, menggiring dan lain lainnya sebebas bebasnya. Tapi ada batas, yaitu sebuah lapangan, 11 pemain lawan 11 pemain, ada 2 gawang dan 1 bola. Dia bebas tapi memahami batas, yaitu ada wasit, kartu kuning, penalti dsb. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang terbatas. Karena makhluk yang terbatas atau makhluk bagian. Maka cara berfikir jangan sampai memutlakkan sesuatu. Bahwa dia diciptakan secara terbatas. Manusia merdeka adalah manusia yang tidak bergantung kepada orang lain tapi berdiri sendiri. Ki Hajar Dewantara memandang 3 macam kemerdekaan. Pertama, tidak bergantung pada orang lain. Kedua, dapat mengukur diri sendiri. Dan ketiga, dapat mengukur diri sendiri. Karena pendidikan berasal dari kemerdekaan. Demikian reportase yang dapat saya paparkan, semoga bermanfaat😊

Link Filsafat Pendidikan 7D

1.  Khoiroma Ausof
2. Danang
3. Yuliana Puspitasari
4. Rista Kharisma
5. Ivan Zhayoga
6. Anditasari
7. Riska Safitri
8. Farida Widyastutik
9. Ardian Pahlevi
10. Dwi Novita
11. Istikholah
12. Lisa Ariana Dewi
13. Intan Nurma P.
14. Garda Perkasa
15. Dhita Fajar S
16. Nidha Nur Latifah
17. Mas Amah Tul Islami
18. Nur Afidah
19. Hanif Faizah
20. Julian Indah
21. Melinda Pangestika
22. Mar'atus Sholichah M.R
23. Putri Wahyuning C.P
24. Ahmad Sholeh
25. Nurul Khoimah
26. Ulfah Fitria S
27. Nurul Arifah
28. Rischa Dwi A.
29. Vita Fatimatu Z.
30. Deodora Adesita
31. Anggita Nurohmah
32. Estima Titi H.
33. Ika Suryani S.
34. Elisa
35. Nuril Iskarima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar